Pages

This is default featured post 1 title

Es kutub utara semakin mencair dan menaikkan permukaan air laut.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, February 18, 2013

10 surga dunia yang hampir musnah

Akibat pemanasan global dan ulah manusia yang merusak alam, beberapa cagar alam paling indah dan menakjubkan di dunia terancam punah. Bahkan, sebagian besar mungkin tidak akan ada lagi di akhir abad ini.
Berikut adalah Keindahan 10 Surga Dunia Yang Terancam Akan Lenyap :

1. Terumbu Karang Belize Barrier
Salah satu terumbu karang dengan ekosistem paling kaya di dunia. Belize Barrier merupakan rumah bagi hiu paus, ikan pari, duyung, kerang, lobster dan makhluk-makhluk laut lainnya. Namun, sebuah mahakarya alam yang indah ini terancam punah. Sejak 1998, Belize Barrier yang berada di perairan Amerika Latin ini mengalami penipisan dan kehilangan 50% karang di beberapa area. Hal ini disebabkan oleh pemanasan global, polusi dari pertanian, bertambahnya wisatawan, pengembangan fasilitas pinggir pantai dan perusakan oleh kapal pesiar.

2. The Congo Basin
Congo Basin adalah hutan hujan tropis terbesar kedua di dunia setelah Amazon yang berkontribusi menyumbang 40% oksigen dunia. Hutan yang terdapat di bagian barat Afrika ini juga merupakan sumber makanan, obat-obatan dan mineral.

Namun, PBB melaporkan, sekitar 2/3 area hutan beserta tumbuhan dan margasatwa di dalamnya, akan musnah pada 2040, kecuali manusia melakukan tindakan perlindungan. Seluas 10 juta hektar hutan berkurang setiap tahunnya karena illegal logging, perluasan lahan pertambangan dan dibuat peternakan. Tidak hanya hutan yang terancam punah, tapi juga hewan langka seperti gorila gunung, gajah hutan, simpanse dan okapi (mamalia mirip jerapah dan zebra).

3. Laut Mati
Danau yang membujur di daerah antara Israel, Otoritas Palestina dan Yordania ini merupakan area paling rendah di dunia --1.312 kaki di bawah level laut normal-- mengandum garam 10 kali lebih tinggi dibandingkan air laut sehingga manusia bisa mengambang di atasnya. Laut mati juga dipercaya memiliki mineral yang bersifat menyembuhkan.

Dalam empat dekade belakangan ini, Laut Mati telah menyusut hingga sepertiganya dan tenggelam sedalam 80 kaki setiap tahun. Hal ini diakibatkan pembangunan resor dan restoran di dekat area tersebut. Belum lagi perusahaan kosmetik yang mengekspliotasi besar-besaran demi mendapatkan mineral untuk produk kecantikan. Jika tidak dilestarikan, Laut Mati bisa hilang dalam 50 tahun.

4. Everglades
Everglades merupakan tanah basah seluas 2,5 juta hektar yang meliputi hutan cemara, rawa-rawa, hutan bakau dan padang rumput. Everglades juga rumah bagi beragam flora dan fauna langka, yang mungkin tidak ditemukan di daerah lainnya. Seperti Macan Florida, Burung Snail Kite dan Anggrek Hantu.

Tapi keindahan dan keunikan area yang berada di Florida, Amerika ini sedang dalam bahaya. Sekitar 60% area perairan di Everglades telah beralih fungsi menjadi pertanian dan perkotaan. Sebagai gambaran, luas Everglades kini hanya setengahnya, jika dibandingkan pada tahun 1900. Lebih buruknya lagi, kini hanya kurang dari 100 spesies Macan Florida di Everglades. Bukan tidak mungkin, populasi kucing hitam besar ini akan hilang dalam 40 tahun ke depan jika tidak dilestarikan. 

5. Madagaskar
Lebih dari 80% flora dan fauna yang ada di Madagaskar, tidak bisa ditemukan di tempat lain di dunia. Ini berkat terisolasinya Madagaskar dari jamahan manusia selama jutaan tahun, karena keberadaan Indian Ocean (lautan luas di Afrika). Tapi hutan terbesar keempat di dunia ini juga berada dalam bahaya. Ekosistem hutan hancur karena penebangan dan pembakaran besar-besaran untuk membangun pertanian dan peternakan. Dari 120.000 meter persegi, kini luasnya tinggal 20.000. Jika tidak ada yang dilakukan untuk menyelamatkan hutan ini, Madagaskar bisa hilang dalam 35 tahun.

6. Pulau Maldives (Maladewa)
Pulau ini terletak di Samudera Hindia, Srilanka. Pemandangan laut dan pantai Maldives sangat indah, laut berwarna biru jernih dan di beberapa tempat bahkan bisa dilihat dasar laut dan ikan-ikan. Akibat pemanasan global yang mencairkan es di kutub, pulau ini terancam hilang karena naiknya permukaan laut. Sekitar 1.190 pulau-pulau kecil dan atoll (pulau karang berbentuk cincin) kini berada 8 kaki di bawah permukaan laut. Pada 2008, Presiden Republik Maldives mengumumkan bahwa pemerintahannya harus mulai membeli lahan di negara lain, termasuk India, sebagai tempat tinggal baru bagi penduduknya karena ketinggian air yang semakin bertambah. 

7. Kutub
Ada banyak keunikan dan keindahan luar biasa yang terdapat di Kutub Utara maupun Selatan; gunung-gunung es, Aurora Borealis (fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer) serta hewan kutub seperti penguin, beruang kutub dan paus. Tapi ada kenyataan memilukan di balik keindahan yang memesona itu. Sebuah lembaga penelitian kelautan non-profit terbesar di dunia telah memprediksi bahwa 80% populasi penguin di Antartika akan musnah, dan sisanya berada dalam bahaya kepunahan jika pemanasan global terus berlangsung.

Di Arktik, keberadaan beruang kutub juga terancam karena mencairnya es (es kutub berkurang 3% setiap 10 tahun sejak 1970). Jika es di kutub menghilang, begitu juga dengan seluruh ekosistem di sana; phytoplankton, ikan, singa laut kutub, paus, beruang kutub dan penguin. Diperkirakan dalam 20-40 tahun, tidak akan ada lagi es di Antartika.

8. Taman Nasional Ranthambore, Rajasthan
Ranthambore, yang terletak di'Tanah Para Raja', Republik India ini adalah tempat terbaik di dunia jika Anda ingin melihat populasi harimau. Namun, dengan semakin berkurangnya populasi harimau di dunia --yang setengahnya berada di India-- bukan tidak mungkin taman nasional ini akan tutup karena tidak ada lagi harimau yang bisa dilihat. Populasi harimau di dunia saat ini hanya tinggal 3.200 ekor. Habitat mereka telah berkurang hingga 93%. Diperkirakan, 1 ekor harimau mati setiap hari untuk digunakan sebagai obat tradisional China.

9. Hutan Tropis Tahuamanu
Hutan tropis di Peru ini merupakan tempat bagi hewan langka seperti armadillo raksasa, ocelot (kucing hutan), jaguar dan berang-berang raksasa. Di Tahuamanu juga terdapat pohon mahogany, bahan untuk pembuatan furnitur mahal dan berkualitas tinggi. Oleh karena itulah, pohon-pohon di Tahuamanu sering jadi sasaran penebangan liar.

10. Sungai Yangtze
Area di sekitar sungai terpanjang ketiga dunia ini menjadi tempat tinggal hewan-hewan eksotis seperti panda raksasa, domba biru kerdil, ikan pesut, dan sebagainya. Tapi pemerintah China melaporkan bahwa wilayah Yangtze Basin berada dalam bahaya karena telah kehilangan perairan dan kehidupan hewan langka. Penebangan hutan besar-besaran telah memusnahkan hutan di pinggiran sungai. Sebagian besar untuk didirikan pertanian, desa, pabrik dan pertambangan.

Global warming, penyabab dan akibat untuk Indonesia

Langsung ke: navigasi, cari

Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada suhu rata-rata dari 1940 sampai 1980.
Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca

Penyebab pemanasan global

Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Efek umpan balik

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]






Indonesia Kehilangan 26 Pulau
Kerusakan lingkungan, terutama  akibat penambangan pasir laut dan abrasi dianggap sebagai biang keladi lenyapnya secara fisik 26 pulau di Indonesia.  Dari 17.506 pulau, kini jumlahnya melorot  menjadi 17.480 pulau. Data ini dihimpun oleh Departemen  Kelautan dan Perikanan, yang  masih terus melakukan pendataan dan akan selesai dirangkum tahun 2009 mendatang. Hilangnya pulau-pulau ini semakin kentara  sejak  8 tahunan lalu, pada saat penambangan pasir laut semakin marak. Yang menjadi kekhawatiran Departemen Kelautan dan Perikanan adalah jumlah pulau yang hilang diperkirakan semakin menjadi dengan adanya  perubahan iklim.  Diperkirakan hingga tahun 2030,  akan hilang sekitar 2000 an pulau di Indonesia, bila tidak dilakukan pencegahan sedini mungkin.  Kembali Hutagalung: “Pemanasan global telah mengakibatkan kenaikan air laut. Di Jakarta saja 5 hinga 8 milimeter tiap tahunnya. Ini serius untuk masa depan. Diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan 25 tahun ke depan lah, lebih dari 2000 pulau yang akan tenggelam. “Departemen Kelautan dan Perikanan menyatakan perlindungan laut juga merupakan faktor penting dalam memperlambat perubahan iklim. Apalagi, terumbu karang, padang lamun, dan biota laut lainnya dapat menyerap karbondioksida sebanyak 246 juta ton per tahun. Untuk itu, Departemen Kelautan dan Perikanan akan mengupayakan bantuan perlindungan kelautan Indonesia dalam Konferensi Iklim Internasional yang akan berlangsung di Bali Desember mendatang.

Saturday, February 16, 2013

manfaat menanam pohon

Penghijauan merupakan salah satu usaha penataaan lingkungan dengan menggunakan tanaman sebagai materi pokoknya, (upaya yang dapat menanggulangi degradasi dan kualitas lingkungan). Tumbuhan dan air akan dapat mengurangi panas melalui evapotranspirasi yang di lakukan. Penambahan luas permukaan untuk vegetasi dapat menurunkan suhu maksimum udara.
Ruang terbuka hijau dapat memberikan manfaat yaitu; memberikan kesegaran, kenyamanan, dan keindahan lingkungan. Selain itu, juga dapat menciptakan lingkungan bersih dan sehat.
Udara alami yang bersih sering di kotori oleh debu, baik yang dihasilkan karena kegiatan alami, ataupun kegiatan manusia. Dengan adanya penghijauan, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi, akan dapat di bersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini, jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di udara akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, dan sebagian lagi akan terserap masuk kedalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting.
Beberapa manfaat penghijauan, yaitu;


  1. Manfaat estetis (keindahan) : Pohon memiliki beberapa bentuk tajuk yang khas, sehingga menciptakan keindahan tersendiri. Oleh karena itu, apabila di susun secara berkelompok dengan jenis yang sama pada masing-masing kelompok dapat menciptakan keindahan atau suasana yang nyaman. Struktur bangunan tanpa di imbangi dengan pohon, akan terasa gersang, sebaliknya apa bila di sekitarnya di tanami pohon serta di tata dengan baik akan nampak hijau dan asri.
  2. Manfaat Orologis : Akar pohon dan tanah merupakan satu kesatuan yang kuat, sehingga mampu mencegah erosi atau pengikisan tanah.
  3. Manfaat Hidrologis : Dalam hal ini di maksudkan bahwa tanaman pada dasarnya akan menyerap air hujan. Dengan demikian, banyaknya kelompok pohon-pohon akan menjadikan daerah sebagai daerah persediaan air tanah yang dapat memenuhi kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya.
  4. Manfaat Klimatologis : Dengan banyaknya pohon, akan menurunkan suhu setempat, sehingga udara sekitarnya akan menjadi sejuk dan nyaman. Maka, kehadiran kelompok pohon-pohon pelindung sangat besar artinya.
  5. Manfaat Edaphis : Ini manfaat dalam kaitan tempat hidup binatang. Dilingkungan yang penuh dengan pohon, satwa akan hidup dengan tenang karena lingkungan demikian memang sangat mendukung.
  6. Manfaat Ekologis : Lingkungan yang baik adalah seimbang antara struktur buatan manusia dan struktur alam. Kelompok pohon atau tanaman, air, dan binatang adalah bagian dari alam yang dapat memberikan keseimbangan lingkungan.
  7. Manfaat Protektif : Manfaat protektif adalah manfaat karena pohon dapat memberikan perlindungan, misalnya terhadap terik sinar matahari, angin kencang, penahan debu, serta peredam suara. Disamping juga melindungi mata dari silau.
  8. Manfaat Hygienis : Adalah sudah menjadi sifat pohon pada siang hari menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat di perlukan oleh manusia, dan sebaliknya dapat menyerap CO2 (karbondioksida) yaitu udara kotor hasil gas buangan sisa pembakaran. Jadi secara hygienis, pohon sangat berguna bagi kehidupan manusia.
  9. Manfaat Edukatif : Berbagai jenis pohon yang ditanam merupakan laboratorium alam, karena dapat di manfaatkan sebagai tempat belajar mengenal tanaman dari berbagai aspek.
Politeknik Negeri Malang juga telah melaksanakan kegiatan menanam sejuta pohon di lingkungan kampus. Kegiatan ini juga dapat memberikan keuntungan sosial yang dapat dirasakan oleh individual, organisasi ataupun ataupun seluruh penduduk, khususnya yang ada di sekitar lingkungan Politeknik Negeri Malang. Pemandangan ruang hijau dapat meningkatkan produktivitas kerja, dan penyembuhan. Pemandangan vegetasi dan air telah di buktikan mengurangi stres, meningkatkan penyembuhan, dan mengurangi penderita frustasi dan agresi.

Laut es kutub utara mencair

Perubahan cepat pada wilayah Arktik (Kutub Utara) yang sebagian besar dipenuhi dengan es memecahkan rekor baru. Rekor dalam hilangnya es laut dan salju musim semi di tahun ini. Ilmuwan mengungkap, beberapa lapisan es juga mencair pada musim panas.

Dilansir Latimes, Kamis (6/12/2012), laporan terbaru tentang Arktik ini juga hadir akibat kekecewaan yang terjadi di Doha, Qatar, atas lambatnya kemajuan pembicaraan iklim PBB untuk mencapai kesepakatan global guna mengurangi emisi gas rumah kaca.

Penumpukan gas mampu menaikkan suhu global rata-rata dengan perubahan yang paling menonjol di lintang Bumi bagian utara. "Arktik merupakan bagian yang sangat sensitif dari dunia," ujar Jane Lubchenco, Administrator National Oceanic and Atmospheric Administration.

Ia mengatakan, ketika wilayah Kutub ini menghangat, maka bisa dilihat hasil dengan berkurangnya salju dan laut es. "Lapisan es besar mencair dan perubahan pada vegetasi," tambahnya.

Para ilmuwan melakukan pertemuan American Geophysical Union di San Fransisco. Mereka mengungkap update tahunan tentang Arctic Report Card. Ini merupakan kolaborasi lebih dari 140 ilmuwan yang merumuskan tentang Arktik yang terus menghangat.

Laut es Kutub Utara mengalami kemunduran ke rekor terendah sejak ilmuwan mulai mengukur wilayah tersebut dengan satelit di 1979. Pengukuran lapisan es berada dalam kondisi setengah dari yang terjadi di 2000.

Mereka merumuskan, hilangnya es laut adalah penting untuk kelangsungan hidup anjing laut, beruang kutub serta hewan yang tinggal di Kutub lainnya. Selain itu, ilmuwan juga menemukan bahwa lapisan es Greenland mengalami pencairan paling luas, yang mencakup sekitar 97 persen dari lapisan es di Juli tahun ini.

Hilangnya es ini juga akan berpengaruh terhadap proyeksi ilmiah terkait seberapa cepat permukaan air laut akan naik dalam dekade mendatang. Rekor baru untuk salju yang menutupi Northern Hemisphere terjadi di Juni.

Banyak lanskap dataran tinggi yang terutupi dengan salju selama sembilan bulan. Meskipun beberapa tahun memiliki jumlah intensitas salju yang lebih daripada waktu yang lain, namun hilangnya es ini juga akan berdampak pada aliran sungai musim semi, musim tumbuh serta perilaku satwa liar